gejolak
sebagian dari kami, atau entahlah, mungkin cuma aku, tapi kuharap tidak hanya aku, yang berharap semuanya cuma mimpi.
semua pembicaraan di antara kami berlima di sudut kafe di kota kami tidak pernah terjadi.
yah, tapi itu kan mauku saja.
toh takdir tetap menggariskan kata-kata itu keluar dari mulut salah seorang dari kami, sementara kami sisanya hanya mampu terkaget-kaget mendengarnya.
tapi aku tidak tahu apa mau takdir melakukan itu pada kami.
aku juga tidak tahu apa yang ada di pikirannya sampai mampu mengucapkan kalimat itu.
aku tidak mampu memahami jalan pikirannya.
yang jelas, waktu itu mas cahya terdiam setelah menggantungkan kalimat itu.
lalu yang ada hanya heidi yang berusaha melawan kata-kata itu dengan gigih;
aku yang tidak memahami kata-kata yang keluar dari mulutku yang tampaknya adalah bentuk usahaku melawan kalimat dari mas cahya;
mas ijal yang terdiam mendengar segalanya;
dan ayu yang mengeluarkan perlawanannya dalam bentuk air mata.
tidak ada sesuatu yang diputuskan malam itu.
dan ada semacam perjanjian tak terucapkan di antara kami kalau segala yang terjadi di sini tidak akan diketahui orang lain sebelum semuanya lebih jelas.
tapi sepertinya keputusan sudah dijatuhkan tadi malam.
terbukti dari pesan singkat yang meminta kami semua berkumpul saat itu juga.
keadaan sedang genting.
tapi tak semuanya merespon.
mungkin belum semuanya tahu gejolak apa yang sedang terjadi di dalam kami.
atau mereka hanya mengingkarinya.
dan yah, kali ini keputusan sudah dibuat.
kali ini tidak ada heidi yang melawan dengan gigih.
tidak ada aku yang meracau.
semuanya hanya tertunduk dan terdiam.
waktu hanya menyisakan sedikit dari tubuhnya untuk perlahan-lahan habis dan membiarkan kami menghadapi kenyataan.
kurang dari tiga minggu lagi.
semoga ada keajaiban yang terjadi sebelum waktu habis.
semoga waktu memberikan kejernihan bagi kami yang sedang terkacaukan.
Komentar
Posting Komentar