Kenapa kita harus repot-repot ikut kegiatan yang tidak menaikkan IPK?

note: ini tulisan dibikin ketika sedang mabok

Sebenernya iseng-iseng aja pengen nulis ginian. Mungkin sebagai ajang curhat colongan dikit-dikit. Ya tapi niat awal cuma karena pengen sharing aja sih seputar kehidupan di perkuliahan kedokteran nan jahanam ini. Berkat keprihatinan terhadap mahasiswa sekarang yang yaaah makin lama-makin gitu-gitu aja kerjaannya. Maksudnya fokus banget nget nget ke nilai akademik a.k.a study oriented gitu. Ya iykwim, and i hope you do know what i mean. Halah opo toh.

Agak-agak aneh juga sebenernya mengingat diri ini sendiri sebenarnya juga bukan orang yang aktif di dunia organisasi kampus, tapi berani banget sok-sokan nulis ginian. Hahaha. Tapi gapapa lah yaa, ambil hikmahnya aja. Siapa tau bisa bermanfaat sedikit.

Jadi, marilah kita masuk ke inti dari yang pengen aku bicarain..

  • Masuk jurusan kedokteran itu sulit.
Kalo aku boleh bilang nih, ya "bertahan di jurusan kedokteran akan lebih sulit. Dan keluarnya juga bakal lebih sulit lagi. Dan setelah berhasil keluar pun semuanya tidak lantas jadi lebih mudah" Huahahahhaaha *evillaughoutloud. Iya, itu bener. Dan selamat menikmati bagi temen-temen yang baru menginjakkan kaki di dunia jahanam kedokteran. Bukannya aku udah pro banget atau pinter banget di akademik loh. Sama sekali engga. Tapi kalo aku boleh bilang lagi nih, ya, "sometimes, it's just a matter of perspective" *ah elah, gaya bet lu fit. Ya maksud aku, kalo dipikir susah, berat, beban, dlldll, ya gitu aja terus, ga bakal selow tuh idup. Ujian bisa tiap bulan, tiap 2 minggu, atau bahkan tiap 1 minggu. Ibarat ujian hidup yang hanya akan berakhir setelah kamu mati, ujian di dunia perkuliahan kedokteran juga ga bakal habis. Karena setelah masa perkuliahan pun masih tetep ada aja ujiannya. Jadi gausah takut out of stock, ya dear :)

Trus kapan mau seneng-senengnya? Ya kan?

Tapi aku ngga bilang kita trus harus jadi menggampangkan kuliah di sini lho ya. Sama sekali engga. Kita berurusan sama nyawa. Nyawa pasien, dan nyawa kita sendiri. Jadi ya tetep belajar dengan serius.

  • Lalu apa yang harus kita lakukan?
Belajar sepanjang hayat. I'm serious.

  • Baiklah, belajar sepanjang hayat. Jadi besok kamis pagi ada kuliah, siangnya praktikum anatomi, sorenya ada kumpul UKM. Jumat pagi ada kuliah, siangnya praktikum patologi anatomi, sorenya ada rapat baksos angkatan. Sabtu, minggu libur sih, cuman minggunya ada workshop pelatihan basic life support. Tapi besok seninnya lagi ada CBT (ujian). Kapan belajarnya nih? Buat praktikum, buat ujiaaan... Materinya banyaaaak. Kapan istirahatnyaaaa :""
Yea i couldn't agree more kalo materi yang harus kita pelajari emang banyak. No comment, lah, karena memang begitu adanya. Dan seseorang tidak dapat memaksakan pendapatnya ke orang lain. Maksudku sebenernya ini balik lagi ke masing-masing mau menyikapinya bagaimana. Mau mendekam, mengurung diri di kosan saja setelah kegiatan perkuliahan usai untuk menyiapkan kegiatan perkuliahan esok harinya? Boleh. Mau tetep dateng ke kumpul UKM, rapat baksos, atau workshop meski besoknya ibarat harus menerjang hujan badai? Boleh juga. Terserah.

Tapi gimana kalo coba dilihatnya gini, semua diniatin buat belajar, dan jangan lupa bersenang-senang. Pada betah amat sih ber-stress-stress-ria memikirkan nasib esok di perkuliahan. Haha. Carilah UKM atau organisasi semacamnya yang emang sesuai sama minat, bermanfaat, menyenangkan, yaaah, pokoknya cari wadah yang kamu lihat kamu akan mendapatkan apa yang kamu cari. Kalo belum nemu wadah yang pas, kamu boleh meninggalkannya lalu mencari wadah baru untuk dijadikan tempat "belajar", atau tetap bertahan di dalamnya untuk kamu jadikan sarana "belajar". Sekali lagi ini kembali ke diri masing-masing. Yang penting niatin aja semuanya untuk "belajar".

Jujur ketika awal aku masuk ke kampusku, aku melihat kami "disuruh" ikut UKM, ikut kegiatan ini itu yang tidak menaikkan IPK, atas dasar "paksaan halus" yaitu dengan sistem poin. Tiap mahasiswa wajib mengumpulkan poin dengan jumlah tertentu sebagai syarat skripsi atau apa gitu, entah, aku sudah lupa. Dan poin itu bisa didapatkan dengan yaah ikut berbagai kegiatan tadi. Tapi masalah poin ini bukan jadi hal yang terlalu aku pikirkan sih waktu itu. Yang jelas salah satu tujuan awal aku ikut UKM adalah supaya punya temen karena aku sadar aku tipe orang yang sulit punya temen. Padahal awalnya ketika aku tau fakta kalo aku diterima di Unsoed, universitas yang nun jauh di sana, di kota yang tidak ada mall dan sebagainya, aku sudah berniat untuk hidup di purwokerto hanya untuk kegiatan akademik. Pokoknya harus cepet selesai sekolah, trus balik lagi. Entah deh kenapa bisa jadi berbalik haluan gitu. Dan kita ngga akan membahas itu disini. Haha.

Aku ngga terlalu pilih-pilih sih. Aku sadar aku tidak punya bakat menyanyi, berakting, memotret, menggambar apalagi mendesain atau bahkan menari. Jadi aku tidak ikut UKM yang semacam itu. Aku bisa menulis, meskipun tidak pintar, tapi aku tidak berminat saja ikut UKM yang isinya tulis menulis. Kegiatan termudah yang bisa aku lakukan adalah belajar, dan ada UKM klub belajar di sini, tapi kupikir "ayolah, ga bosen belajar mulu?". Lalu entah kenapa pilihanku malah jatuh ke UKM yang sebenernya "nggak aku banget". Hahahaha. Dan aku bersyukur masih bisa berada di dalamnya sampai sekarang.

Dibilang tidak sesuai passion awal, ya iya. Tapi disini aku kan sedang tidak mengejar passion. Disini aku dapet apa yang aku cari. Dan menyenangkan juga, tentunya. UKM aku memang bukan UKM paling sempurna di dunia, tapi di sini juga aku dapet bonus-bonus berupa pembelajaran yang banyak banget. Mulai dari memanage waktu, menentukan prioritas, mempelajari berbagai karakter orang dan bagaimana menghadapinya, mempelajari bagaimana caranya bersabar, belajar tanggung jawab, belajar konsisten, belajar berbicara, bahkan bonus ilmu buat di akademik juga. Itu semua lebih dari apa yang aku cari di awal.

Dulu juga awalnya aku cemas waktu deket-deket mau ujian, meski ga sampe mengurung diri di kosan hanya untuk belajar sih. Tapi seiring berjalannya waktu, seiring dengan kegiatan UKM aku yang menurutku sangat padat pada waktu itu, seiring juga dengan hilangnya waktu-waktu luangku, aku jadi terlatih untuk lebih selow menghadapi ujian. Selow disini maksudku kita tetep berusaha mempersiapkan apa yang kita butuhkan buat ujian, tapi kegiatan non akademik di UKM juga tetep jalan. Seriusan. Sering banget besoknya mau ujian, tapi sehari sebelumnya masih ngiterin hutan buat survey kegiatan, rapat kegiatan ini itu, masih di pantai luar kota buat pelantikan, dlldll deh. Belajar buat ujiannya ya disiapin dari jauh-jauh hari, pergunakan waktu luang yang ada meskipun cuma seupil, dan jangan kebanyakan tidur! Tapi kalo yang terakhir sih aku sendiri juga rada kesulitan. Hahahha. Believe me, ketika kamu udah koas atau mungkin malah udah jadi spesialis, waktu tidur kamu ga lantas jadi makin banyak kok. Yaah pokoknya dinikmati ajaaa. Dan Ibuku dulu pernah bilang "nggak ada yang sia-sia kalo itu untuk belajar". Jadi yaah intinya niatin semuanya untuk belajar. Hahahaha. Nggak ada kan yang mendefinisikan belajar sebagai kegiatan yang hanya berfokus menaikkan IPK? :)


PS:
jangan dikira disini aku bermaksud untuk mempromosikan suatu organisasi tertentu, ya. dan jangan dikira juga aku sedang bermaksud menghasut kalian untuk ikut kegiatan tertentu. sekali lagi, semuanya kembali ke pilihan masing-masing.

Komentar