telepon

Alkisah setelah sekian lama ibuk engga telepon, akhirnya beliau "inget" lagi buat nelpon aku. Cuman kali ini, yang beliau omongin, well, agak lain dari biasanya.

A: (angkat telpon)
I: halo
A: halo
I: lagi dimana? (Pertanyaan wajib setelah mengucap halo)
A: di kos.
I: oh, tumben.
A: halah -_-
I: he he. Eh, tadi ada pasiennya ibuk dateng.
A: ...
I: Sebenernya dia udah beberapa kali sih dateng ke ibuk. Periksa kacamata.
A: hmm
I: tapi ibuknya sih yang sebenernya sering berobat ke ibuk. Trus tadi anaknya ikut.
A: ...
I: anaknya sopan bangeet, santun lah. putih, tinggi, 180 senti.
A: hmm
I: anaknya ini mau s3. Sekolah di prancis. Teknik sih. ITS mungkin. 25 tahun. Lakik. Kemarin sudah s2, trus sekarang mau lanjut s3. Bulan depan berangkat.
A: hmm
I: yah, tadinya ibuk pikir kayaknya bagus juga kalo sama kamu.
A: heh? (???)
I: he he. Haduuh, pokoknya anaknya ini baik lah. Ga ngerepotin orang tua. Lahir prematur, anteng, kalo ditinggal kerja ibuknya pas kecil ga nangis, kalo belajar ga perlu disuruh. Tadinya ibuk pikir bagus buat kamu. Yah, ibuk kan cuma mau memilihkan yang baik buat anaknya.
A: hah? (Masih ga yakin sama maksud dari apa yang barusan saya dengar)
I: Trus ibuknya bilang "yah, semua terjadi karena kehendak yang di atas. Astungkara". ibuk pikir, "lho kok ngomong astungkara?" Astungkara itu, mmm, bahasa hindunya alhamdulillah lah ya. Trus ibuk nanya, "orang mana toh bu?". Pasien ibuk bilang kalo ternyata dia hindu. Dia bukan orang bali sih. Dia orang jawa. Tapi menikah dengan orang bali. Jadi dia ikut masuk hindu. Yaaah, jadi anaknya ini juga hindu.
A: ...
I: nama anaknya Dewa. Ibuk pikir juga kok kayak nama bali gitu ya. Eeh, ternyata yaa gitu. Hindu ternyata. Yaah, Ibuk sih cuma kepingin milih yang baik buat anaknya ibuk (Okay, beberapa kalimat diucapkan dengan pengulangan, tapi aku masih belum sepenuhnya yakin pembicaraan ini mengarah kemana. Dan rasa-rasanya aku mendengar sedikit kekecewaan dari suara ibuk. Ckckck. Permainan macam apa ini?)
A: lho- (sebenarnya aku mau tanya "lho memang kenapa kalo dia hindu? Jadi aku ga boleh sama orang hindu? Memangnya kenapa kalo aku sama orang hindu?" Tapi ah sudahlah)
A: hmm jadi, maksudnya ibuk cerita tentang pasiennya ibuk ini apa?
I: ya nggaak, maksud ibuk anaknya ini baik lhoo. Lakik padahal. Kamu yang cewek harusnya lebih tekun. Belajar gausah disuruh, blablablablablabla. (Rasanya kentara banget kalo arah omongan ibuk ini dipelintir sedemikian rupa dari tujuan awalnya. Yakin. Ujung-ujungnya malah nyuruh supaya mencontoh mas-mas yang ibuk ceritain. Halah. Memang, benar-benar ibuk sejati. Pinter banget ngomongnya *tepok jidat)
A: (setelah akhirnya beliau selesai ceramah) hehehe
I: apa? Kok ketawa?
A: nggak, masih bingung aja kenapa tiba-tiba ibuk cerita soal pasiennya ibuk. Hahaha
I: (ceramah part 2 dengan "hmm" dari saya untuk menanggapi ceramah ibuk sesekali)
I: yasudah, belajar ya
A: ya
I: daa~
A: mmm

Apa yang aku pikirkan setelah mendapat telepon semacam ini dari ibuk? Well, campur aduk sih. Ada senang, geli, sama kecewa juga. Senang karena siapa sih yang ga senang kalo dikenalin sama lakik ganteng nan pintar? Oke, cowok normal kalo dikenalin sama yang begini mungkin bakal biasa aja sih. Tapi ya, tau lah maksudku apa -_-

Geli. Waktu ibuk tadi cerita, ada bagian dari pikiranku yang tidak sedang menebak-nebak arah pembicaraan ini berkata "hei, yang lagi ngomong ini ibukmu lho. Dan sekarang kayanya omongannya sedang menjurus ke masalah jodoh. "Ibukmu"? "Jodoh"? Pfff, yang benar saja? Ha ha ha"

Kecewa karena "ada apa dengan hindu??? Toh dulu ibuk juga hindu ah". Haha. Nggak tepat begitu juga sih. Aku jelas tau bukan "hindu"nya yang jadi masalah buat ibuk, tapi "beda agama"nya. Pfff. Oke, saat ini aku masih menjadi manusia yang memandang pernikahan beda agama itu tidak masalah. Ga peduli apa yang dibilang sama undang-undang deh. Tidak peduli juga sama apa yang dikatakan orang-orang, termasuk ibuk, soal pernikahan beda agama, meskipun ibuk sendiri adalah, well, hampir-hampir seperti pasangan beda agama lah ya, tadinya. Yang mana, seharusnya menjadi narasumber yang cukup kuat tentang bagaimana pernikahan beda agama itu. Haha, mungkin aku memang naif.

Well, apapun itu, saya masih single kok sekarang :)

Komentar