snmptn first day

Hari pertama SNMPTN bukan hari yang cukup menyenangkan. Bahkan sebelum tesnya dimulai.

Berangkat jam 6 pagi dari rumah menuju tempat tes yang berlokasi di Untag Surabaya. Rupanya, jalanan jadi padat luar biasa. Terutama di bundaran Waru dan seterusnya menuju Surabaya. Macet cet cet cet. Apalagi kita belum tau persis Untag itu dimana. Nekat banget kemarin nggak cek lokasi. Gara2 ibuk doang tuh bilang udah tau daerahnya. Pret. Yaudah, berbekal GPS, peta tradisional, dan macetnya jalanan, berangkatlah kita.

Akhirnya kita sampai. Iya sampai, tapi jam setengah 8. Setelah berputar2 di jalanan dan kejebak macet di... manapun itu. Dan parahnya aku salah liat jadwal masuk karena aku pikir masuk kelas jam 7.45, tapi yang bener jam 7.30 untuk hari pertama. Yasudah, bisa ditebak, aku terlambat masuk kelas. Plus aku juga nggak tau dimana gedung & ruangan tesku. Terbuanglah beberapa menit untuk berputar2 lagi. Terkesan agak nggak niat, nggak sih?

Trus pulangnya aku ketemu dengan cecowok itu. Reno dan Chilman. Duduk sambil membahas soal. Trus yaaa kita ngobrol bentar. Tentang dokter kandungan dan bagaimana pandangan mereka tentang dokter kandungan cowok dan bagaimana mereka memberi saran supaya aku jadi dokter kandungan saja, yang mana nggak pernah terpikir olehku. Konyol, maksudku cara mereka berbicara. Itulah kenapa aku suka ngeliat cowok2 ngobrol, karena menghibur, menurutku sih. Dengan bahasa yang mereka pakai, gerak gerik, atau bahkan topiknya, apapun lah.

Yak, jadi akhirnya reno & chilman uda pulang duluan. Tinggallah aku sendirian. Aku nunggu sambil buka2 buku. Ada semacam promosi juga dari fak ekonomi di tempat parkir depan untag. Mereka lumayan heboh. Sayang nggak ada audiensnya. Aku kasihan. Dan bingung. Ya bagaimana mereka bisa begitu ceria dan semangat mengajak audiens berkomunikasi, sementara audiensnya sendiri . . . nggak ada. Wew.

Trus setelah 2 jam aku nunggu, aku masih belum juga dijemput. Aku sudah sms ibuk, tentu saja, sejak masih nunggu sama reno & chilman. Supaya ibuk bisa langsung jemput setelah dari rumah sakit. Dan tadaaa, ibuk telpon dan bilang kalo sudah sampai di rumah dan hpnya ketinggalan di rumah sakit dan aku harusnya pulang naik angkot, bukannya nunggu jemputan. Huh. Kabar macam apa itu?

Yasudah, aku akhirnya jalan ke terminal Bratang. Thank God terminalnya nggak jauh2 amat. Aku tanya ke bapak2 tukang ngasi tiket ke angkot2.
"Pak, kalo mau ke Joyoboyo naik angkot apa ya?"
"Angkot S."
(aku ngeliat angkot2 S yang pada ngetem)
"Mmm, nggak ada yang langsung jalan Pak?"
"Ojek kalo mau langsung."
(plis deh)
Bapak2 yang lebih muda menambahkan, "Di lampu merah sana lho, nyegatnya. Kamu ke sana aja."
"Oh, oke. Lewat mana ya, Pak? Bisa lewat dalam (terminal) atau harus lewat luar?" (kalo terminal ini modelnya one way out, bakal percuma gue nyoba ke lampu merah lewat dalem. Uda jalan jauh, eh ternyata nggak ada jalan keluar lain. Gue mesti balik lagi dong? Ogah.)
"Lewat mana aja bisa. Kalo angkot, nggak bisa lewat mana aja."
"Hah? Oh, ya bener juga."
"Ya iya dong. Kalo angkot kan ada aturannya. Kamu kan mau kuliah, dipake dong otaknya."
"Eeh, yah makasih pak"
Apa maksudnya tuh pake ngehina? Gue curiga, jangan2 yang nggak pake otak, ya bapak ini. Aku kan cuma nggak mau jalanku sia2. Siapa tau terminal ini emang cuma punya 1 jalan keluar? Aku bukan orang sini dan baru pertama kali nginjek terminal ini. Dan beruntung banget bisa ketemu orang tua ini. Ergh. Padahal aku nanya baik2 lho. Sinting.

Ya sudah, akhirnya, setelah penantian panjang, aku akhirnya naik juga ke angkot S. Gila, padahal banyak yang kosong di terminal, tapi mereka nggak narik. Wew. Akhirnya aku dijemput ibu di Joyoboyo. Trus kita makan di rumah makan padang deket rumah sakit ibuk. Trus seterusnya aku nggak sanggup melek buat belajar buat besoknya.

Komentar