9 juli 2014

di tanggal ini, kembali diadakan pemilu untuk memilih presiden Indonesia. harusnya saya bersemangat menyambutnya. karena dari duluuu banget, saya sudah bertanya-tanya kapan giliran saya masuk bilik pemilu, membuka lembar pemilu, lalu mencoblos presiden pilihan saya dengan senang hati. saya ingat ketika itu pemilu 1999, saya diajak menemani ibu ke TPS dekat rumah (ketika itu kami tinggal di Semarang). di sana saya diajak masuk ke bilik suara dan saya mengacaukan pilihan ibu saya dengan memaksa supaya ibu memilih moncong putih. yeah, maklum ya, dulu saya tergila-gila dengan slogan "coblos moncong putih".

oh well, tapi itu dulu, ketika "semangat demokrasi" saya masih meluap-luap. jangan tanya sekarang. "semangat demokrasi" saya sudah layu bahkan sebelum sempat berkembang. haha, apa banget sih ya? tapi aku serius nih. gilirannya sudah dapat hak buat milih, saya malah ogah-ogahan.

pemilihan umum yang lalu, milih caleg kalau ga salah, saya engga ikutan. pemilu presiden kali ini, saya juga yakin bakal ngga sumbang suara kalau saja orang-orang di sekitar saya nggak semangat buat mengarahkan saya menjadi warga negara yang baik. hahaha. saya sudah berulang kali berujar pada mereka kalau saya tidak tau harus memilih siapa, tapi mereka tetep semangat buat menuntun saya *elah. hahaha. mereka bilang, "sayang loh fit. itu kan hak kamu. nanti kalo ada apa-apa, berarti kamu ga boleh protes ya" atau "sayang suaramu, takut disalahgunakan loh" dan lain semacamnya.

mereka benar.

tapi saya juga benar-benar tidak tau harus memilih siapa. hahaha.

bahkan dongeng tengah malam dari mas wildan dkk yang tidak sengaja saya ikuti tentang masing-masing capres yang meskipun mereka coba bawakan secara netral tapi tetap saja kentara sekali kalau mereka condong ke salah satu capres, tidak mampu memberikan pencerahan signifikan buat saya.

aih, mana saya tau kalau perkara memilih presiden saja bisa sepusing ini? -_-
pantas saja banyak orang memilih untuk golput.

tapi pada akhirnya, setelah mas ijal menyeret saya ke KPU guna mengurus form A5 untuk pindah TPS (karena saya terlalu malas untuk mengisi form lewat internet supaya hal ini diurus oleh BEM), dan meski saya juga tidak mengurus form A5 di kelurahan kosan saya (saking tidak adanya waktu -_-), akhirnya saya tergerak juga untuk menyalurkan suara saya ke TPS terdekat (bukan di TPS yang tertera di form A5, karena saya memang belum tau saya dipindah ke TPS mana akibat saya tidak mengurus form A5 di kelurahan. hehehe)

kala itu 9 Juli 2014, pukul 12.30 siang, setelah saya mandi, saya langsung keluar kosan mencari TPS terdekat, yang saya temukan di jalan kalijaga, berkoh. berbekal senyum manis, saya mendatangi TPS tersebut dan bertanya apakah bisa saya mencoblos di sini meski saya belum mengurus A5 sampai tuntas. untungnya bapak panitia di TPS tersebut memperbolehkan saya untuk menyalurkan suara di sana. hehe. tidak sampai 10 menit, ujung jari kelingking saya sudah berwarna keunguan dari tinta.

haaaah...

tapi saya tidak akan menuliskan di sini siapa yang saya pilih. hehehe.

yah, well, setidaknya sekarang saya tau kalau memilih di pemilu "bukan" hal mudah. mencoblosnya sih tinggal coblos saja. tapi menentukan siapa yang harus dicoblos itu lho yang sulit -_-

dan sekarang saya tau kalau sisa tinta yang menempel di kuku bagian dalam itu sulit dibersihkan dan, ieuh, tidak enak dipandang.

lain kali akan saya pastikan kalau tinta hanya mengenai bagian kulit saja.

PS:
tadinya saya bahkan sudah berpikir keras mencari-cari apa yang akan saya katakan seandainya mas ijal melakukan sidak. apakah saya harus berbohong? entah kenapa, feeling saya bilang kalo di hari H, mas ijal pasti bakal bertanya apakah saya sudah memilih atau belum. dan feeling saya benar. untungnya saya tidak perlu mengarang-ngarang cerita. ketika bbm berbunyi "udah milih, fit?" itu datang, langsung saja saya balas dengan mengirim foto jari kelingking saya yang berwarna ungu.

Komentar