galau ah . . .

Aku benci galau. Galau menghancurkan segalanya. Sepertinya begitu. Hari ini memang lebih berwarna dari biasanya. Tapi sayang hari ini ditutup dengan hal yang kurang enak.

Tampaknya hubungan dengan Opang makin memburuk. Gara2 hari ini aku nyutos dg kawan SMP yang ternyata ada B juga di situ. Katanya dia "sakit" waktu aku bilang ada B. Yasudah aku bilang aja "kamu aneh. Padahal kamu yang suka tp2 ke semua cewek. Tapi aku yang ga ngapa2in sama cowok lain,meski cuma sekadar minta anter,dijelesi." Kupikir tindakanku sudah benar karena dulu dia sendiri yang minta kalau ada apa2, supaya aku cerita. Jangan diam saja. Apalagi aku memang nggak pernah ngapa2in sama cowok lain. Ya Tuhan, bisa dicek sendiri deh gimana frekuensi interaksiku dengan cowok, yang mana mendekati nol. Interaksi dengan manusia pada umumnya saja jarang, ini mau minta frekuensi interaksi dengan cowok. Tapi tampaknya, gara2 kata2ku itu dia jadi galau lagi. Apa aku salah? Katanya minta supaya aku cerita, nggak memendam perasaan. Kalau gilirannya aku bicara tapi endingnya dia jadi galau, apa aku punya pilihan selain diam saja? Tapi diam saja juga berefek samping. Antara dia yang nggak sadar2 dengan tingkahnya yang bikin aku "sakit" atau aku yang menumpuk bom waktu. Pada intinya dua efek samping itu sama saja ya.

Sebenarnya mau menyalahkan dia juga ngga bisa. Terlihat kok kalo dia tipikal yang mudah dekat dengan semua orang terutama cewek. Semacam sifat alaminya lah. Cara dia untuk mendekatkan diri dengan orang lain itu, yah bisa dibilang, dengan SKSD. Tapi di situlah uniknya (please note that this is a compliment, don't take it wrong). Yaah, meski malu, harus diakui kadang aku juga jeles. Tapi aku ngga tau apa ini sesuatu yang bisa dipermasalahkan atau engga. Jadi, normalnya aku diam saja. Aku, bisa dibilang, mencoba memahami sifatnya yang satu ini. Tapi gimana2 aku ini cuma manusia, kadang capek juga menghadapinya. Cumaaaan pada dasarnya aku orang yang nggak suka memperbesar masalah kok, tapi sekalinya lepas kontrol, aku bisa saja melakukannya. Memperbesar masalah maksudku. Aku cukup menikmati emosiku bisa mengalir ke orang lain dengan mengungkit2 masalah sampai menjadi besar. Hahaha. kapan lagi aku bisa menumpahkan emosi, ye ga? That's why, usually, I prefer to keep my mouth shut.

Tapi apa itu berarti cuma dia yang boleh cemburu sementara gue diem-aja-tutup-mulut-masuk-tong-sana-lo? Sepertinya begitu. Aku bicara toh malah bikin dia sakit hati dan ujung2nya bikin aku merasa bersalah lalu ikutan galau.

Beruntunglah dia punya teman2 yang baik yang bisa dijadikan tempat curhat, dimintai saran ini itu, hal2 semacamnya. Bukannya itu buruk sih. Sementara aku nggak suka banyak orang tau masalahku. That's why aku pilih2 orang kalau mau cerita. Bukan berarti aku punya banyak orang untuk dipilih2 juga sih.

So, pada intinya, sepertinya aku sudah mengambil langkah yang tepat. You know lah.

Komentar