praktek pertolongan pertama pada korban

materi osi hari ini bener2 koplak. bukan materi juga sih sebenernya, lebih ke praktik teori yang udah dikasih. dan yang koplak ituuu.. ya kita para caang. habisnya kita ketawa mulu sih waktu praktek. ketawa-ketawa bingung. hehe, maaf kalo di antara temen2 ada yang nggak setuju sama pendapatku ini. kamis kemarin sih cuma empat caang yang dateng, aku, heidi, fifi, dan bibah. cowok2nya pada dekor kelas buat persiapan makrab jumat besok, yang lainnya ada yg ke rsop, ada yg sakit.

jadi rupanya jadwal hari ini adalah praktik melakukan pertolongan pertama (matilah aku karena nggak baca2 dulu materinya). trus yang mas cahya dan mas danan pura-puranya jadi korban kecelakaan sepeda nabrak motor. mas bahar jadi yang ngamatin langkah2 kita buat nyelametin dua korban itu.

pertama2 yang aku lakuin adalah tanya dimana posisi kedua korban (untuk poin keselamatan). trus karena nggak boleh membagi tim penolong jadi dua (niatnya sih biar dua orang nolongin mas cahya, dua orang nolongin mas danan), kita akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan orang yang kata fifi muse-ku dalam blogging alias mas cahya terlebih dahulu karena kelihatannya lebih parah kondisinya. waktu itu ceritanya mas cahya tergeletak nggak sadar, sementara mas danan masih bisa mengerang2.

trus heidi meraba tulang tengkorak bagian belakang dan tulang servikal (servikal, bukan servik) (cieh, aku pake bahasa yang nggak umum nih) alias tulang lehernya mas cahya untuk ngecek kalau2 ada cedera. setelah aman, baru dilakukan pemeriksaan airway dengan head tilt chin lift. mas bahar bilang mulut mas cahya kemasukan kaca, aku praktekin gerakan tangan untuk mengambil benda yang menghalangi airway korban. uuuh, gerakan tanganku rada mirip2 gerakan... apa ya namanya... ya gitu lah, saru mungkin ya. haha, trus mas bahar ngoreksi gerakan tangan kita. dikasih tau yang bener gimana.

trus fifi ngecek pernapasannya mas cahya dengan prinsip LDR *eaaa*. bukan, bukan. ini bukannya Long Distance Relationshup. Ini prinsip Lihat, Dengar, dan Rasakan.

trus tiba saatnya melakukan pengecekan kalau2 ada patah tulang dari korban. yang ini aku yang ngelakuin. jadi, aku ngeraba-raba mas cahya nih. hahaha. canggung lho pas mau "ngeraba". haha, degdegan. sesuai dengan prosedur yang bisa aku gali dari ingatanku, aku mulai dariii... aduh aku nggak tau namanya nih. daerah tengkuk, apa, ya? pokoknya situ lah. trus ke daerah pipi, sampe akhirnya kedua ibu jariku bisa mengenai tulang hidung mas cahya. mas cahya langsung ngebecandain "haluuus" dengan konyolnya. tapi yg bikin ngakak tuh waktu mas bahar gantian megang pipinya mas cahya, mas cahya langsung yang "aduuuh, sakiiit". ada-ada aja sih. aku ngelanjutin "raba-raba". sampe di bagian kaki, aku bingung karena kaki kiri mas cahya itu nekuk. trus sama, kalo nggak salah, bibah, kakinya mas cahya dilurusin. parahnya abis kakinya dilurusin, aku baru nyadar kalo yang sedang aku lakuin ini kan buat nyari ada tulang yang patah atau enggak, jadi ya harusnya korban nggak digerak-gerakkin dulu. lha kalo ceritanya mas cahya ada fraktur di kaki kirinya, kan jadi nggak ada rupanya tuh kaki. akupun lanjut "raba-raba" lagi. kali ini ke pangkal lengan sampai ujung jari.

cerita pun berlanjut. mas bahar bilang ada fraktur terbuka di femur kanan dengan pendarahan hebat. kita pakai mitela untuk nutup lukanya. supaya pendarahannya berhenti. baru kita bidai. prinsipnya bidai melewati 2 sendi. bidai yang pendek kita pasang di sebelah paha dalam, bidai yang panjang dipasang di sebelah paha luar. setelah itu kita iket di daerah lutut. sayangnya kita nggak ngiket bidainya di daerah pinggang. hmm. trus setelah kita anggap pertolongan pertama buat mas cahya selesai, kita beralih ke mas danan yang udah mengerang-erang daritadi. tapi lho dalam erangannya mas danan memanggil-manggil defekasi terus menerus. pingin aku ambilin WC, sumpah. haha.

di awal cerita, mas bahar bilang kalo mas danan ini ada cedera diii... aku lupa istilahnya. trus kita kebingungan mesti ngapain ke korban yang masih bisa mengerang-erang ini. trus, kalo nggak salah, bibah ngelakuin prosedur raba2 seperti yang aku lakuin. mas bahar bilang ada fraktur diii... tulang apa ya namanya? lupa nih. radius, apa, ya? pokoknya salah satu tulang panjang di lengan kiri bawahnya mas danan deh. trus kita coba bidai. mas bahar udah bilang kalo ada satu cedera yang kita miss, nggak kita tangani. trus kita coba mendudukkan mas danan. aku pegang lehernya, mencoba mendudukkan mas danan. dan krak! ceritanya mas danan tewas. waaa, maaf mas danan. ih padahal tadinya kan kondisinya mas danan yang lebih kelihatan mendingan. eh, malah tewas. hahaha.

trus mas bahar ngasih evaluasi sama yang udah kita lakuin ke kedua korban tadi. rupanya ada cedera leher di mas danan dan kita nggak ngerti. harusnya kita pasangin collar neck dulu dari awal, baru kita lakuin tindakan2 lainnya. trus di mas cahya, mas bahar sekali lagi memberikan contoh gerakan tangan yang benar untuk mengambil benda terlihat yang menyumbat airway. mas bahar nanyain gimana caranya ngeluarin sumbatan airway yang nggak kelihatan. dengan pedenya aku ngejawab kalo sumbatan berupa cairan, bisa diserap aja, masukin kain. tapi bukan itu ternyata yang mas bahar maksud. cuman kalo kata mas cahya sih ya, "pede aja dulu". si fifi ngejawab untuk ngeluarin sumbatannya, kita tusuk aja. cuman ternyata itu langkah terakhir yang dilakukan kalo emang nggak bisa pake langkah lainnya. trus mas bahar mancing kita pake kata keselek bakso. dan yang terlintas dipikiranku cuma Heimlich maneuver. yaudah, aku teriakin aja "Heimlich" sambil peragain gerakannya. hehe. sebenernya itu bukannya aku inget sama materi osi sih. tapi emang cuma prosedur itu yang aku tau. dan aku tau prosedur itu dari Miss Congeniality. menonton film itu bagus kok.

abis evaluasi, kita latihan angkat korban ke tandu. yang jadi korbannya sekarang si bibah. secara dia yang paling ringan nih. heidi pada posisi badan atas, aku tengah, fifi kaki. dan dengan pembagian posisi seperti itu, kita, aku lebih tepatnya, masih kesulitan buat mindahin bibah.

setelah itu kita latihan ngangkat bibah yang tiduran di atas tandu naik tangga ke lantai dua. wew, perjuangan banget nih, sumpah. naik ke lantai dua, heidi dan fifi ada di posisi depan, aku dan mas bahar ada di posisi belakang. komando ada di heidi. karena posisi aku dan mas bahar ada di belakang, kita berdua kudu ngangkat tandu sampai ke atas pundak. sumpah itu berat. turun ke lantai satu, giliran aku dan mas bahar di posisi depan, heidi dan fifi di posisi belakang. komando ada di aku. cuman yang nggak berubah adalah, aku dan mas bahar tetap harus angkat tandunya sampe maksimal di pundak. wew.

katanya sih nanti diksar bakal mirip2 kayak gini. hmm, kita masih kalang kabut gini waktu mau ngasih pertolongan pertama. kudu paham teori dan rajin latihan nih. hehehe. semoga nanti pas diksar bisa lebih baik. amiiin..

Komentar