kalah

Ya, kami kalah. Kalah dari pertempuran tak  terlihat berupa ego dan gengsi.

Kekalahan kami dimulai di pagi itu, ketika dia mendatangi kami. Untuk apa? Well, sesuatu yang tak kami kira akan dia lakukan, yaitu meminta maaf.

Sekian lama kami berada dalam perang dingin. Demi membela ego masing-masing.

"Jangan salahkan kita, karena dia yang memulai segalanya. Bertingkah seolah-olah kami sangat membutuhkannya. Dia pikir, kita tidak bisa berbuat apa-apa?", begitu pembelaan kami dulu.

Tapi kenapa lantas kami jadi kalah? Bukannya dia yang duluan meminta maaf?

Tentu saja, kami kalah. Bukan dalam mempertahankan ego. Jelas kami tahu kalau kami kuat dalam hal itu. Kami terlatih terlalu baik dalam mempertahankan ego.

Lalu?

Kami kalah dalam hal berbesar hati. Untuk mau menjadi yang pertama meminta maaf itu berat, kawan. Butuh hati yang besar untuk mampu melakukannya dengan tulus.

Well, katakanlah dia melakukannya dengan tulus.

Komentar